PUPUK NPK LEBIH PRAKTIS DAN EFEKTIF UNTUK TANAMAN
Lebih Praktis NPK
Lebih Menguntungkan
Agar efisiensi NPK tinggi
Pupuk NPK memang praktis. Hanya dengan sekali memupuk, tanaman mendapatkan tiga unsur hara sekaligus. Pupuk majemuk ini ternyata juga lebih menguntungkan ketimbang memakai campuran urea, TSP, dan KCl.
Membuat pupuk majemuk sendiri dengan
mencampur urea, TSP, dan KCl lebih ekonomis ketimbang membeli pupuk
majemuk yang sudah jadi, seperti NPK misalnya. Hal ini tidak salah.
Namun demikian, bukan berarti mencampur pupuk sendiri lebih
menguntungkan daripada menggunakan NPK.
Lebih Praktis NPK
Selain merepotkan, mencampur pupuk
sendiri bukanlah pekerjaan gampang. “Salah campur” malah akan
menghasilkan pupuk majemuk yang tidak berguna karena unsur-unsurnya
saling bereaksi. Bila hal ini terjadi, unsur hara akan saling terikat
kuat atau malah lepas ke udara. Kedua hal ini akan berakibat sama, yaitu
tanaman tidak dapat dimanfaatkannya.
Pertimbangan lain, pupuk campuran
sendiri kebanyakan tidak bisa disimpan lama. Sebab, urea yang sering
dipakai sebagai sumber nitrogen bersifat sangat higroskopis. Campuran
pupuk tersebut dipastikan akan cepat menggumpal dan memadat. Selain
menjadi sulit ditaburkan, dosis yang tepat juga sulit ditetapkan. Jika
urea diganti dengan ZA, sumber nitrogen lain yang tidak higroskopis,
reaksi tanah malah berubah menjadi masam. Tanah semacam ini jelas bukan
termasuk golongan tanah ideal untuk bertanam.
Mengingat berbagai risiko tersebut,
kalangan hobiis tanaman umumnya menganggap lebih praktis membeli pupuk
NPK komersial daripada mencampur pupuk sendiri. Lain halnya di kalangan
petani. Dengan alasan agar lebih ekonomis, mereka lebih suka memakai
kombinasi pupuk tunggal untuk memupuk tanamannya.
Lebih Menguntungkan
Kendati kombinasi pupuk
tunggal lebih murah, namun aplikasinya belum tentu menghasilkan
keuntungan marginal lebih besar daripada pemakaian pupuk NPK. Hal ini
telah terbukti melalui beberapa penelitian pada beberapa tanaman
hortikultura.
Terhadap tanaman kentang, misalnya.
Penggunaan pupuk NPK (23-23-0; 12-21-19; 20-11-11) nyata meningkatkan
hasil, mutu dan nilai gizi kentang yang dipanen. Keuntungan bersih
marginal memakai kombinasi pupuk urea, TSP, dan KCl yang semula Rp.
1672,30, menjadi Rp. 1626,52 bila memakai pupuk NPK. Tingkat
pengembalian marginal yang semula 485 persen pun berubah menjadi 785
persen. Artinya, jika biaya pupuk dan tenaga kerja naik 1 persen,
keuntungan bersih akan meningkat sebesar 7,85 persen.
Demikian pula hasil penelitian pada
tanaman jagung. Meskipun rata-rata hasil yang didapat di tiap lokasi
penelitian cukup bervariasi, namun hasil petak yang dipupuk NPK
(16-16-16; 15-15-15; 20-11-11) dan DAP lebih tinggi dibandingkan yang
dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl dengan takaran sesuai anjuran
setempat. Dari pengujian di Nusa Tenggara Barat, dengan pupuk NPK
didapat panenan berkisar 21,14 – 29,04 ku/ha, sedangkan dengan urea,
TSP, dan KCl hasilnya 21,13 ku/ha.
Penelitian lainnya pada tanaman padi
gogo. Hasil petakan yang dipupuk NPK (16-16-16; 20-11-11; 12-21-19; dan
14-9-20) ternyata juga lebih tinggi daripada yang dipupuk urea, TSP, dan
KCl. Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sumbawa itu, didapat
panenan padi gogo berkisar 47,30-50,99 ku/ha. Sementara petakan yang
dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl 41,06 ku/ha.
Agar efisiensi NPK tinggi
Hal-hal yang perlu diwaspadai dalam
penggunaan pupuk NPK ialah bila aplikasinya dilakukan di tanah dengan
pembatas kelarutan dan kejenuhan unsur alumunium yang tinggi, derajat
keasaman tanah tidak sesuai dengan persyaratan tanaman yang diusahakan,
dan tanah kurang mengandung unsur mikro. Di tanah-tanah bermasalah
semacam ini, efisiensi pupuk majemuk umumnya berkurang. Untuk itu, agar
efisiensinya tetap tinggi, aplikasi pupuk NPK dianjurkan hanya dilakukan
di tanah-tanah yang subur dan sesuai dengan tuntutan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar